SEMARANG - Kenaikan tingkat suku bunga acuan (BI rate) sebesar 7,5 persen tidak akan menganggu pertumbuhan ekonomi Jateng, ungkap Budi Trisnanto, Divisi Asesment Ekonomi dan Keuangan BI Kantor Wilayah V Jateng, baru-baru ini.
Hal ini lantaran pihaknya setelah mencermati pertumbuhan ekonomi yang terjadi di triwulan III, hasil yang lebih baik justru terlihat di triwulan empat tahun ini. Salah satunya dibuktikan dengan laju ekspor pada triwulan III lebih lambat atau belum mengalami peningkatan yang signifikan. Hingga akhir tahun ini pertumbuhan untuk year to date sebesar 5,9 persen.
“Jika mengacu pada target awal yang kisaran pertumbuhan ekonomi ada di angka 5,6 persen hingga 6,1 persen, maka jumlah 5,9 persen tersebut cukup realistis,” ujar Budi.
Budi menambahkan, kenaikan BI rate ini bertujuan untuk mengurangi defisit transaksi berjalan. Dengan kenaikan BI rate terebut kiranya membuat pertumbuhan impor menjadi berkurang, sedangkan disisi lain kenaikan BI rate juga dapat membuat inflasi dapat terkendali sehingga tingkat konsumsi masyarakat lebih stabil.
"Sebenarnya pertumbuhan ekonomi sebesar 5,9 persen tidak menjadi masalah asalkan konsumsi masyarakat tetap terjaga," ujarnya.
Selain itu, meski kenaikan BI rate dinilai membuat laju pertumbuhan melambat, namun dalam laju perekonomian nasional tidak akan anjlok karena pemerintah berupaya menjaga dengan mengeluarkan regulasi yang tidak bertentangan dengan kebijakan BI.
"Maka, kenaikan BI rate akan meningkatkan stabilitas makro dan confident baru. Sebab, dengan kenaikan BI rate akan membuat neraca transaksi berjalan menjadi lebih sehat," terangnya. (lam/b6)