Abdus Salam |
Oleh: Abdus Salam
Bulan Februari hampir memasuki bulan pertengahan. Kita semua
pasti sudah tidak asing dengan tanggal 14 Februari. Terlebih anak-anak muda zaman sekarang. Bulan Februari
yang katanya bulan kasih sayang, sering dijadikan momentum anak-anak zaman
sekarang ini. Hari valentine lebih tepatnya, valentine day’s yang jatuh pada
tanggal 14 Februari selalu dimanfaatkan untuk menyatakan cinta, sayang dan
apalah itu istilahnya, kepada seseorang yang dianggap istimewa.
Valentine day’s pada dasarnya adalah peringatan hari ulang
tahun Santo Valentinus yang jatuh pada tanggal 14 februari, yang dirayakan oleh
Gereja Katolik di Roma. Pesta Valentine ini dibuat dengan usaha untuk
mengungguli hari raya Pra-Kristen yang
diperingati di Roma pada abad ke-5.
Menurut Ensiklopedia Katolik, Santo Valentinus yang hari rayanya diperingati tanggal 14 Februari
yang sekarang disebut hari Valentine
adalah salah satu dari tiga orang martir yang hidup pada akhir abad ke-3
semasa pemerintahan Kaisar
Claudius II yaitu seorang pastur di Roma, seorang Uskup Interamna (modern Terni), seorang martir di
provinsi Romawi Africa.
Jika melihat dari historisnya valentine day’s, secara tidak
langsung jika memeriahkan valentine day’s berarti ikut merayakan hari ulang tahun
seorang Santo Valentinus. Tidak ada salahnya jikat ikut merayakan asal pada
taraf normal-normal saja. Misal seorang muslim, asal tetap berpegang pada
kepercayaan Islam, yaitu percaya dengan Allah dan tidak mensyirikkannya pasti
tidak masalah.
Sebuah kencan pada hari Valentine
seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah
relasi serius. Sebenarnya Valentine itu merupakan hari percintaan, bukan hanya
kepada pacar atau pun kekasih, Valentine merupakan hari terbesar dalam soal percintaan
dan bukan berarti selain valentine tidak merasakan cinta.
Di Negara barat seperti Amerika
Serikat, hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta
platonik
"Happy Valentine's", yang bisa diucapkan oleh pria kepada teman
wanita mereka, atau pun, teman pria kepada teman prianya dan teman wanita kepada
teman wanitanya.
Coklat
Menjadi pertanyaan besar bagi penulis, ketika mendengar hari
valetine, atau hari kasih sayang diidentikkan dengan makanan coklat. Ketika melihat tulisan di blog, mendiskripsikan
coklat dan hubungannya dengan Valentine, tak terlepas dari bahan-bahan ramuan
cinta yang terkandung di dalam makanan paling poluler di dunia ini. Di dalam
coklat terdapat zat phenylethylamine (PEA), yang sering juga disebut
sebagai “love chemical”.
Zat ini secara natural didapati pada otak manusia, memberikan
efek sensasi ketertarikan, kegembiraan, sensasi mabuk kepayang dan euphoria atau tepatnya seluruh sensasi yang kita rasakan
pada saat kita jatuh cinta. Tapi menurut penulis pribadi, rasa cinta, sayang
kepada seseorang tidak bisa diidentikkan dengan sebungkus coklat. Melainkan
bisa disimbolkan dengan apa saja yang penting antara keduanya saling menyukai.
Hari valentine misalnya, hari yang identik dengan memberikan coklat
pada seseorang yang kita sayangi atau saling tukar coklat pada tanggal 14
februari. Bahkan sering disebut hari
coklat oleh anak-anak remaja. Jika tidak memberikan coklat dirasa tidak cinta
dan tidak sayang. Padahal rasa sayang dan cinta itu muncul bukan karena coklat
saja, bisa berupa wujud benda nyata apapun itu bentuknya, atau rasa sayang dan
cinta yang muncul dari hati masing-masing insan.
Penulis mencoba mengilustrasikan, rasa sayang seorang ibu
kepada anak atau sepasang insan yang menjalin cinta (pacaran). Apa harus
diwujudkan dengan coklat dan harus menunggu hari valentine. Padahal seorang ibu
sayang kepada anaknya itu mulai sejak anak itu
keluar dari rahim, bahkan sebelum lahir.
Begitu juga rasa cinta dan sayang antara dua insa yang
merajut cinta (pacaran). Rasa cinta dan sayang bisa muncul melalui apa saja,
dan wujud cintanya juga tidak harus dengan sebungkus coklat.
Hakikat cinta kasih yaitu cinta boleh jadi merupakan suatu
istilah yang sulit untuk dibatasi secara jelas. Kendati pun demikian, sulit
juga untuk diungkapkan dan diingkari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan
hidup manusia yang cukup fundamental. Begitu fundamentalnya sampai-sampai
seorang Victor Hago, pujangga terkenal berkesimpulan bahwa mati tanpa cita sama
halnya dengan mati dengan penuh dosa.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminto,
kasih sayang diartikan dengan perasaan sayang, perasaan cinta tau perasaan suka
kepada sesorang, semua itu juga terpaut dengan keindahan sesuatu yang bagus,
permai, cantik, elok dan semua sesuatu yang dinilai indah.
Gengsi
Tak terlepas dari valentine day’s, coklat dan kasih sayang,
dari tingkah-tingkah anak-anak zaman sekarang ketika masuk bulan Februari,
tepatnya 14 Februari mereka saling bertukar coklat. Tidak ada masalah buat anak
orang yang kaya. Tapi apakah bisa dibayangkan, jika di antara mereka itu dari
keluarga kurang mampu.
Karena bergaul dan berteman dengan anak orang kaya, yang
tidak memikirkan masalah isi kantong, karena gengsi dan tidak mau dikatakan
jadul, ndeso, katrok dan apalah istilahnya. Akhirnya terpaksan karena gengsi
dengan teman-temanya keluar sepeser uang untuk membeli sebungkus coklat. Coklat
yang katanya identik dengan kasih sayang dan cinta. Jika coklat yang
dikeluarkan karena gengsi apakah masih bisa disebut dengan coklat yang penuh
dengan rasa cinta dan kasih sayang?
Waallahu a’lam bishawaf
0 comments:
Post a Comment