Friday, 8 March 2013

Valentine Day’s: Cinta, Coklat Apa Gengsi



Abdus Salam
Oleh: Abdus Salam
Bulan Februari hampir memasuki bulan pertengahan. Kita semua pasti sudah tidak asing dengan tanggal 14 Februari. Terlebih  anak-anak muda zaman sekarang. Bulan Februari yang katanya bulan kasih sayang, sering dijadikan momentum anak-anak zaman sekarang ini. Hari valentine lebih tepatnya, valentine day’s yang jatuh pada tanggal 14 Februari selalu dimanfaatkan untuk menyatakan cinta, sayang dan apalah itu istilahnya, kepada seseorang yang dianggap istimewa.
Valentine day’s pada dasarnya adalah peringatan hari ulang tahun Santo Valentinus yang jatuh pada tanggal 14 februari, yang dirayakan oleh Gereja Katolik di Roma. Pesta Valentine ini dibuat dengan usaha untuk mengungguli  hari raya Pra-Kristen yang diperingati di Roma pada abad ke-5.
Menurut Ensiklopedia Katolik, Santo Valentinus  yang hari rayanya diperingati tanggal 14 Februari yang sekarang disebut hari Valentine  adalah salah satu dari tiga orang martir yang hidup pada akhir abad ke-3 semasa pemerintahan Kaisar Claudius II yaitu seorang pastur di Roma, seorang Uskup Interamna (modern Terni), seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Jika melihat dari historisnya valentine day’s, secara tidak langsung jika memeriahkan valentine day’s berarti ikut merayakan hari ulang tahun seorang Santo Valentinus. Tidak ada salahnya jikat ikut merayakan asal pada taraf normal-normal saja. Misal seorang muslim, asal tetap berpegang pada kepercayaan Islam, yaitu percaya dengan Allah dan tidak mensyirikkannya pasti tidak masalah.
Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya Valentine itu merupakan hari percintaan, bukan hanya kepada pacar atau pun kekasih, Valentine merupakan hari terbesar dalam soal percintaan dan bukan berarti selain valentine tidak merasakan cinta.
Di Negara barat seperti Amerika Serikat, hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik "Happy Valentine's", yang bisa diucapkan oleh pria kepada teman wanita mereka, atau pun, teman pria kepada teman prianya dan teman wanita kepada teman wanitanya.
Coklat
Menjadi pertanyaan besar bagi penulis, ketika mendengar hari valetine, atau hari kasih sayang diidentikkan dengan makanan coklat.  Ketika melihat tulisan di blog, mendiskripsikan coklat dan hubungannya dengan Valentine, tak terlepas dari bahan-bahan ramuan cinta yang terkandung di dalam makanan paling poluler di dunia ini. Di dalam coklat terdapat zat phenylethylamine (PEA), yang sering juga disebut sebagai “love chemical”.
Zat ini secara natural didapati pada otak manusia, memberikan efek sensasi ketertarikan, kegembiraan, sensasi mabuk kepayang dan euphoria  atau tepatnya seluruh sensasi yang kita rasakan pada saat kita jatuh cinta. Tapi menurut penulis pribadi, rasa cinta, sayang kepada seseorang tidak bisa diidentikkan dengan sebungkus coklat. Melainkan bisa disimbolkan dengan apa saja yang penting antara keduanya saling menyukai.
Hari valentine misalnya, hari yang identik dengan memberikan coklat pada seseorang yang kita sayangi atau saling tukar coklat pada tanggal 14 februari. Bahkan  sering disebut hari coklat oleh anak-anak remaja. Jika tidak memberikan coklat dirasa tidak cinta dan tidak sayang. Padahal rasa sayang dan cinta itu muncul bukan karena coklat saja, bisa berupa wujud benda nyata apapun itu bentuknya, atau rasa sayang dan cinta yang muncul dari hati masing-masing insan.
Penulis mencoba mengilustrasikan, rasa sayang seorang ibu kepada anak atau sepasang insan yang menjalin cinta (pacaran). Apa harus diwujudkan dengan coklat dan harus menunggu hari valentine. Padahal seorang ibu sayang kepada anaknya itu mulai sejak anak itu  keluar dari rahim, bahkan sebelum lahir.
Begitu juga rasa cinta dan sayang antara dua insa yang merajut cinta (pacaran). Rasa cinta dan sayang bisa muncul melalui apa saja, dan wujud cintanya juga tidak harus dengan sebungkus coklat.
Hakikat cinta kasih yaitu cinta boleh jadi merupakan suatu istilah yang sulit untuk dibatasi secara jelas. Kendati pun demikian, sulit juga untuk diungkapkan dan diingkari bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang cukup fundamental. Begitu fundamentalnya sampai-sampai seorang Victor Hago, pujangga terkenal berkesimpulan bahwa mati tanpa cita sama halnya dengan mati dengan penuh dosa.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Purwodarminto, kasih sayang diartikan dengan perasaan sayang, perasaan cinta tau perasaan suka kepada sesorang, semua itu juga terpaut dengan keindahan sesuatu yang bagus, permai, cantik, elok dan semua sesuatu yang dinilai indah.
Gengsi
Tak terlepas dari valentine day’s, coklat dan kasih sayang, dari tingkah-tingkah anak-anak zaman sekarang ketika masuk bulan Februari, tepatnya 14 Februari mereka saling bertukar coklat. Tidak ada masalah buat anak orang yang kaya. Tapi apakah bisa dibayangkan, jika di antara mereka itu dari keluarga kurang mampu.
Karena bergaul dan berteman dengan anak orang kaya, yang tidak memikirkan masalah isi kantong, karena gengsi dan tidak mau dikatakan jadul, ndeso, katrok dan apalah istilahnya. Akhirnya terpaksan karena gengsi dengan teman-temanya keluar sepeser uang untuk membeli sebungkus coklat. Coklat yang katanya identik dengan kasih sayang dan cinta. Jika coklat yang dikeluarkan karena gengsi apakah masih bisa disebut dengan coklat yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang?
Waallahu a’lam bishawaf

Abdus Salam Tinggal di Semarang




0 comments:

Post a Comment