Friday, 8 March 2013

Pabrik Semen Bukan Solusi, Bagi Pengangguran


 Abdus Salam

Oleh : Abdus Salam

Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matamu berlinang
Mas intanmu terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang susah
Merintih dan berdoa
 (Kutipan lagu Ibu Pertiwi)

Rembang  adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Rembang. Kabupaten ini berbatasan dengan  Laut Jawa dibagian utara, Kabupaten Tuban dibagian  timur, Kabupaten Blora dibagian selatan, serta dibagian barat berbatasan dengan Kabupaten Pati.
Posisi Kabupaten Rembang tergolong strategis, terletak di paling ujung provinsi Jawa Tengah dan dilalui jalan pantura menjadikan Rembang kota yang berpotensi untuk berbisnis. Kondisi tanah Kabupaten Rembang berdataran rendah dengan ketinggian wilayah maksimum kurang lebih 70 meter di atas permukaan air laut.
Bagian selatan wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah perbukitan, yang bagian dari perbukitan itu banyak mengandung krast, yang menjadi bahan utama semen. Bagian dari Pegunungan Kapur Selatan, dengan puncaknya Gunung Butak (679 meter). Sebagian wilayah utara, terdapat perbukitan dengan puncaknya Gunung Lasem (ketinggian 806 meter). Kawasan tersebut kini dilindungi dalam Cagar Alam Gunung Celering.
Terdiri dari kawasan hutan, sawah, laut dan pegunungan, Rembang sangat berpotensial menjadi kota yang sejahtera, pastinya jauh dari angka pengangguran dan kemiskinan. Coba kita tengok kembali kutipan bait lagu  Ibu Pertiwi yang tertulis di atas sendiri. Mungkin kondisi alam di Kota Rembang sedang merintih dan menangis karena kondisi alam yang semakin tidak karu-karuan.
Wacana munculnya pembangunan pabrik semen, menjadikan Rembang semakin tersorot media. Dari dukungan untuk dipercepat pembangunan juga penolakan atas berdirinya pabrik semen di Rembang tersebut.
Lima kabupaten
Menurut rencana, beberapa investor pabrik semen tersebut akan mendirikan pabrik semen di lima kabupaten, antara lain Kabupaten Pati, Blora, Kudus, Grobogan dan Rembang. Dari lima kabupaten ini, pernah melakukan penolakan kepada gubernur Jawa Tengah atas berdirinya pabrik semen dikawasan Gunung Kendeng tersebut.
Sekarang muncul lagi rencana wacana pembangunan pabrik semen di daerah Wonogiri, sebenarnya apa yang diinginkan pemerintah dengan memperbanyak pendirian pabrik semen ini. Apakah untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran? Saya rasa tidak. Pendirian pabrik semen di Desa Tegaldawa, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang hanya akan menambah penderitaan warga sekitar.
Janji-janji untuk mensejahterakan warga sekitar sudah pasti keluar di awal-awal. Tapi perlahan, dengan pasti sedikit demi sedikit masyarakatlah yang akan mendapatkan dampak buruk dari pembangunan pabrik semen.
Pendirian pabrik semen, berpotensi mengurangi pengangguran katanya. Secara ekonomis dengan adanya pendirian pabrik semen memang bisa menyerap warga sekitar untuk mendapatkan lahan pekerjaan. Tapi lama kelamaan warga sekitar, yang pendidikannya rendah, secara berlahan akan tergusur oleh masyarakat luar yang mempunyai ilmu dan kemampuan dalam persemenan.
Ujung-ujungnya masyarakat yang berpendidikan rendah mendapatkan posisi buruh, dengan gaji yang tak seberapa. Perlu kesadaran yang ekstra serius jika pemerintah ingin mendirikan pabrik semen. Jangan hanya uang saja yang diharapkan tapi ekosistem alam juga perlu di perhatikan.  Apalah artinya jika uang banyak, tapi jiwa dan raga sakit.
Dengan adanya pabrik semen, mungkin bisa mendatangkan manfaat, kalau menurut Gubernur Jawa Tengah yang mempunyai slogan bali ndeso bangun ndeso pada sebuah media massa, yang intinya bahwa dengan adanya pabrik semen, akan mampu memperbaiki sarana dan prasarana di Jawa Tengah, mampu mengurangi pengangguran dan  kemiskinan. Kondisi jalan di Provinsi Jawa Tengah tekstur tanahnya bergerak, jadi sangat cocok jika jalanan tersebut menggunakan cor semen, bukan menggunakan aspal, katanya.
Disadari atau tidak keberadaan pabrik semen dapat menjadi ancaman ekologis yang serius. Kita mulai  dari pengambilan bahan bakunya, proses produksinya, sampai dengan dampak polusi debu yang ditimbulkannya. Kalau memang hingga sekarang belum terasakan, jangan keburu senang dan bergembira ria, sebab bahaya ekologis selalu muncul belakangan.  Ketika kita sudah menyadari bahaya dari pabrik semen, maka roda jaman tidak mungkin lagi diputar balik. Dan bencana-bencana ekologis akan selalu terjadi akibat keterlambatan untuk menyadari kesalahan

Debunya berbahaya
Ancaman bahaya yang pertama, dapat ditelisik mulai dari bahannya. Karena bahan baku semen sebagian merupakan jenis bebatuan yang tergolong sumberdaya alam yang tidak terbarukan. Eksplorasi yang terus menerus dan berlebihan, pasti akan mengganggu keseimbangan lingkungan. Misalnya, berkurangnya ketersediaan air tanah.
Ancaman   yang kedua, menyangkut teknologi. Seiring dengan proses produksi semen, dihasilkan pula gas karbon dioksida (CO2) dalam jumlah yang banyak sehingga sangat mempengaruhi kondisi atmosfer dan mempercepat terjadinya pemanasan global. Misalnya: Meningkatnya suhu udara perkotaan. Menurut International Energy Authority: World Energy Outlook, produksi semen portland menyumbang tujuh persen dari keseluruhan karbon dioksida yang dihasilkan berbagai  sumber.
Yang ketiga, produksi semen juga menimbulkan dampak tersebarnya abu ke udara bebas sehingga mengakibatkan penyakit gangguan pernafasan. Studi kesehatan lingkungan menyebutkan, bahwa debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. (henrynurcahyo.wordpress.com)
Pemerintah harus kembali belajar, belajarlah dari  kasus yang terjadi di Gombong, Jawa Tengah. Bahan baku semen berupa batu gamping terletak di kawasan gua karst. Kebanyakan penduduk daerah rendah pendapatannya. Pengusaha beranggapan pembangunan pabrik bermanfaat bagi daerah karena mengurangi kemiskinan dan menaikkan pendapatan asli daerah. Tetapi, yang tidak disadari, pembangunan pabrik semen juga merusak gua karst, merusak habitat tempat bersarang burung walet dan kelelawar serta menghancurkan fungsinya sebagai “waduk alam” penyimpan air.(b3)

Penulis, Penggiat Komunitas Justisia.com
  Tinggal di Semarang

0 comments:

Post a Comment