Abdus Salam |
Oleh : Abdus Salam
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matamu berlinang
Mas intanmu terkenang
Hutan gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang susah
Merintih dan berdoa
(Kutipan lagu Ibu Pertiwi)
Rembang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Rembang.
Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa
dibagian utara,
Kabupaten
Tuban dibagian timur, Kabupaten
Blora dibagian selatan, serta dibagian
barat berbatasan dengan Kabupaten
Pati.
Posisi Kabupaten Rembang tergolong strategis,
terletak di paling ujung provinsi Jawa Tengah dan dilalui jalan pantura
menjadikan Rembang kota yang berpotensi untuk berbisnis. Kondisi
tanah Kabupaten Rembang berdataran
rendah dengan ketinggian wilayah maksimum kurang lebih 70 meter di atas
permukaan air laut.
Bagian selatan wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah perbukitan, yang bagian dari perbukitan itu banyak
mengandung krast, yang menjadi bahan utama semen. Bagian
dari Pegunungan Kapur Selatan, dengan puncaknya Gunung Butak (679
meter). Sebagian wilayah utara, terdapat perbukitan dengan puncaknya Gunung Lasem
(ketinggian 806 meter). Kawasan tersebut kini dilindungi dalam Cagar Alam
Gunung Celering.
Terdiri dari kawasan hutan, sawah, laut dan
pegunungan, Rembang sangat berpotensial menjadi kota yang sejahtera, pastinya
jauh dari angka pengangguran dan kemiskinan. Coba kita tengok kembali kutipan bait
lagu Ibu Pertiwi yang tertulis di atas
sendiri. Mungkin kondisi alam di Kota Rembang sedang merintih dan menangis
karena kondisi alam yang semakin tidak karu-karuan.
Wacana munculnya pembangunan pabrik semen,
menjadikan Rembang semakin tersorot media. Dari dukungan untuk dipercepat
pembangunan juga penolakan atas berdirinya pabrik semen di Rembang tersebut.
Lima
kabupaten
Menurut rencana, beberapa investor pabrik semen
tersebut akan mendirikan pabrik semen di lima kabupaten, antara lain Kabupaten Pati,
Blora, Kudus, Grobogan dan Rembang. Dari lima kabupaten ini, pernah melakukan
penolakan kepada gubernur Jawa Tengah atas berdirinya pabrik semen dikawasan Gunung
Kendeng tersebut.
Sekarang muncul lagi rencana wacana pembangunan
pabrik semen di daerah Wonogiri, sebenarnya apa yang diinginkan pemerintah
dengan memperbanyak pendirian pabrik semen ini. Apakah untuk mengatasi
kemiskinan dan pengangguran? Saya rasa tidak. Pendirian pabrik semen di Desa Tegaldawa,
Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang hanya akan menambah penderitaan warga
sekitar.
Janji-janji untuk mensejahterakan warga sekitar
sudah pasti keluar di awal-awal. Tapi perlahan, dengan pasti sedikit demi
sedikit masyarakatlah yang akan mendapatkan dampak buruk dari pembangunan
pabrik semen.
Pendirian pabrik semen, berpotensi mengurangi
pengangguran katanya. Secara ekonomis dengan adanya pendirian pabrik semen
memang bisa menyerap warga sekitar untuk mendapatkan lahan pekerjaan. Tapi lama
kelamaan warga sekitar, yang pendidikannya rendah, secara berlahan akan
tergusur oleh masyarakat luar yang mempunyai ilmu dan kemampuan dalam persemenan.
Ujung-ujungnya masyarakat yang berpendidikan
rendah mendapatkan posisi buruh, dengan gaji yang tak seberapa. Perlu kesadaran
yang ekstra serius jika pemerintah ingin mendirikan pabrik semen. Jangan hanya
uang saja yang diharapkan tapi ekosistem alam juga perlu di perhatikan. Apalah artinya jika uang banyak, tapi jiwa dan
raga sakit.
Dengan adanya pabrik semen, mungkin bisa
mendatangkan manfaat, kalau menurut Gubernur Jawa Tengah yang mempunyai slogan bali
ndeso bangun ndeso pada sebuah media massa, yang intinya bahwa dengan
adanya pabrik semen, akan mampu memperbaiki sarana dan prasarana di Jawa Tengah,
mampu mengurangi pengangguran dan
kemiskinan. Kondisi jalan di Provinsi Jawa Tengah tekstur tanahnya
bergerak, jadi sangat cocok jika jalanan tersebut menggunakan cor semen, bukan
menggunakan aspal, katanya.
Disadari atau tidak keberadaan pabrik semen
dapat menjadi ancaman ekologis yang serius. Kita mulai dari pengambilan bahan bakunya,
proses produksinya, sampai dengan dampak polusi debu yang ditimbulkannya. Kalau
memang hingga sekarang belum terasakan, jangan keburu senang dan bergembira ria,
sebab bahaya ekologis selalu muncul belakangan. Ketika kita sudah menyadari bahaya dari pabrik
semen, maka roda jaman tidak mungkin lagi diputar balik. Dan bencana-bencana
ekologis akan selalu terjadi akibat keterlambatan untuk menyadari kesalahan
Debunya
berbahaya
Ancaman bahaya yang pertama, dapat ditelisik mulai dari bahannya.
Karena bahan baku semen sebagian merupakan jenis bebatuan yang tergolong
sumberdaya alam yang tidak terbarukan. Eksplorasi yang terus menerus dan
berlebihan, pasti akan mengganggu keseimbangan lingkungan. Misalnya, berkurangnya
ketersediaan air tanah.
Ancaman yang kedua, menyangkut teknologi. Seiring
dengan proses produksi semen, dihasilkan pula gas karbon dioksida (CO2) dalam
jumlah yang banyak sehingga sangat mempengaruhi kondisi atmosfer dan
mempercepat terjadinya pemanasan global. Misalnya: Meningkatnya suhu udara
perkotaan. Menurut International Energy Authority: World Energy Outlook,
produksi semen portland menyumbang tujuh persen dari keseluruhan karbon
dioksida yang dihasilkan berbagai
sumber.
Yang ketiga, produksi semen juga menimbulkan dampak tersebarnya abu ke
udara bebas sehingga mengakibatkan penyakit gangguan pernafasan. Studi
kesehatan lingkungan menyebutkan, bahwa debu semen merupakan debu yang sangat
berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis. Oleh
karena itu debu semen yang terdapat di udara bebas harus diturunkan kadarnya. (henrynurcahyo.wordpress.com)
Pemerintah harus kembali belajar, belajarlah dari
kasus yang terjadi di Gombong, Jawa Tengah. Bahan baku semen berupa batu
gamping terletak di kawasan gua karst. Kebanyakan penduduk daerah rendah
pendapatannya. Pengusaha beranggapan pembangunan pabrik bermanfaat bagi daerah
karena mengurangi kemiskinan dan menaikkan pendapatan asli daerah. Tetapi, yang
tidak disadari, pembangunan pabrik semen juga merusak gua karst, merusak
habitat tempat bersarang burung walet dan kelelawar serta menghancurkan
fungsinya sebagai “waduk alam” penyimpan air.(b3)
Penulis, Penggiat Komunitas Justisia.com
Tinggal di Semarang
0 comments:
Post a Comment