Friday, 4 March 2016

Kalimat Si Bapak di Plasa Simpang 5

Tiba-tiba bapak-bapak yang berada di sampingku bertanya kepadaku, tidak bertanya serius,


tapi sepertinya bapaknya butuh teman ngobrol, ya meskipun bapak itu duduk di sampingku dan datang dengan pasangannya, yang pasti pasangannya istrinya sendiri bukan istri orang lain.
Sebut saja si bapak, karena saya belum sempat tanya namanya. Obrolan si bapak itu, seakan mengingatkanku apa yang harus saya lakukan untuk masa depan. Meski tidak terlalu banyak bercerita, tapi ada satu kalimat yang diucapkannya membuat hatiku menjadi teringat apa yang harus saya lakukan.
Perbincangan itu (sengaja tidak saya tuliskan perbincangannya) bermula ketika saya sedang menunggu servis tablet (biar kelihatan kekinian punya tab) di plasa simpang 5 lantai 5B (pojok paling atas sendiri). Sudah hampir setengah jam saya duduk dan menunggu servisan selesai, karena hanya mengganti layar, jadi proses pengerjaannya bisa ditunggu dan kebetulan sedang tidak banyak antrian pula.
Tiba-tiba si bapak tadi dan istrinya datang dan seperti mau ikut menserviskan gadgetnya yang lagi rusak. Setelah proses negosiasi sama tukang servisnya, si bapak dengan istrinya (karena gak jomblo) akhirnya bersedia menunggu, duduk di sebelah kanan (istrinya) dan kiri (si bapak) saya posisinya persis di tengah, karena memang hanya ada tiga kursi.
Hampir 10 menit saya hanya bengong (sambil ngantuk-ngantuk), sabar menunggu servisan selesai, mau ngajak ngobrol samping kiri dan kanan juga tidak kenal, terasa canggung untuk basa-basi membuka obrolan. Maklum jhon, jomblo je, nek ndi-ndi yo dewean. Tapi yo disyukuri wae,,.
Pikir saya si bapak juga mulai jenuh, hanya diam saja, ngalamun kemana-mana, mau ngajak ngobrol mantan pacarnya (istrinya) juga terhalang posisi saya yang berda di tengah antara keduanya. Akhirnya si bapak basa-basi bertanya dan menyapaku.
Bertanya hal sepele untuk membuka obrolan. Saya berusaha menjawabnya saja, tidak berusaha untuk basa-basi bertanya. Karena melihat dari barang yang nempel di telinga sebelah kanan (kayak headset) sepertinya si bapak mengalami gangguan pada pendengarannya, karena terbukti dari beberapa jawaban yang saya berikan harus saya ulang beberapa kali. Dan sempat juga si istrinya yang menjelaskan lebih detail tentang apa yang saya sampaikan.
Singkat cerita, tiba-tiba si bapak juga menceritakan anaknya (putrinya, sekali lagi putrinya). Terkait kerjaan putrinya (ingat perempuan ya) yang baru saja didapatnya. Si bapak menceritakan betapa susahnya anaknya mencari kerja dan proses seleksi berkali-kali hingga sampai diterima. Saat si bapak bilang anaknya perempuan, reflek, saya menoleh ke kanan (arah si istrinya). Setelah saya melihat istrinya, saya jadi teringat pesan teman saya si jomblo yang lagi mengejar-ngejar cintanya (katanya sih terhalang-halangi sesuatu).
"Kak, kalau melihat ibu-ibu yang cantik, pasti anak perempuannya juga cantik," kata si jomblo.
Jadi saya bisa memberikan hipotesa seperti apa kira-kira anak perempuan si bapak dan si ibu tadi yang diceritakannya. Setelah cerita sana-sini tentang anak perempuannya, si bapak balik lagi tanya kepada saya.
"Mas nya sudah berkeluarga?", tanya si bapak.
Waduh ini pertanyaan biasa tapi sepertinya ngledek status saya yang “lagi” jomblo, walaupun saya yakin, si bapak tidak tahu kalau saya jomblo (single fighter). Tapi, sepertinya pertanyaan bapak tadi kalau dikaitkan, menyambung dengan cerita anak perempuannya tadi yang baru lulus kuliah di Universitas ternama di Semarang.
"Opo meh mbok entukke anakmu pak-pak," pikirku.
Ahh,, tapi gak usah terlalu banyak berkhayal dan berharap yang tidak-tidak, lagi pula saya juga tidak tahu latar belakang (koyok skripsi pakai latar belakang) si bapak dan lain-lainnya. Dan kenapa juga saya kePDan, lagi pula si bapak juga gak ada pikiran "ke sana". Wkwkwkwk...
Berhubung servis selesai saya langsung pergi dan pindah menunaikan kewajiban yang lain. Tidak lupa saya menyapa pamit untuk pergi kepada si bapak dan si ibu tadi.
"Jangan terlalu terlena dengan keasyikan," pesan si bapak, sebelum saya menutup perbincangan.
Semarang, 3 Maret 2016

Asal Mula Pamotan

Desa Pamotan merupakan sebuah desa kecil di Kebupaten Rembang terletak di bagian selatan Kabupaten Rembang. Secara geografis Pamotan dinilai strategis karena menjadi penghubung antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pamotan berada di dataran rendah dikelilingi beberapa gunung dan menjadi salah satu sumber mata air di Kabupaten Rembang., inilah keunikan tersendiri dari desa Pamotan di banding desa lain yang ada di Rembang.


Sulit mengira – ngira kapan pertama kali nama Pamotan di sematkan pada daerah tersebut. Menurut cerita dari orang – orang dari desa tersebut nama Pamotan diambil dari sebuah nama yaitu Pamot. Nama Pamot sendiri merupakan nama dari orang yang pertama kali menghuni desa Pamotan. Jadi dahulu desa Pamotan merupakan wilayah dari kerajaan Majapahit, yang diberikan mandat menjaga daerah tersebut adalah simbah Pamot karena daerah Pamotan yang strategis, Pamotan menjadi pos dari kerajaan Majapahit dan terbukti bahwa di desa sebelah yaitu di kecamatan Lasem terdapat telapak kaki dari Hayam Wuruk pada sebuah batu andesit tepatnya berada pada Lereng Gunung Kajar. Konon simbah Pamot adalah seorang yang sakti mandraguna karena inilah ia dipercaya menjaga pos dari Majapahit. Cerita berawal pada suatu ketika di daerah pamotan terjadi kekeringan yang berkepanjangan, banyak pohon – pohon yang layu bahkan mati karenanya. Terjadinya kekeringan tersebut membuat simbah Pamot turun tangan. Ia bertapa mencari petunjuk dari sang maha kuasa di tempat yang kini dinamakan sumberan. Ia mendapat wangsit bahwa ia harus mencabut sebuah pohon jati yang ada di daerah sumberan tersebut. Dengan kesaktiannya simbah pamot mencabut pohon jati seorang diri. Setelah tercabut pohon jati tersebut selanjutnya keluarlah sumber air dari dalam tanah. Kini daerah yang menjadi tempat pohon jati yang tercabut diberi nama Sumberan. Sedangkan dukuh lain tepatnya di sampig dukuh sumberan juga ada sebuah mata air diberi nama modal. Modal sendiri berasal dari kata mudal – mudal dalam bahasa jawa yang berarti air yang keluar terus menerus. Kini air yang keluar dari sumber air di Pamotan tersebut mengairi 3 kecamatan di Rembang sebelum bermuara ke laut. Setelah adanya sumer air tersebut daerah Pamotan mulai ramai didatangi pendatang. Atas jasanya tersebut namanya diabadikan menjadi sebuah tempat bernama Desa Pamotan.

Pamer Kaos