anak-anak berkebutuhan khusus berlenggak-lenggok di atas karpet merah bak model profesional (abdus salam) |
SEMARANG- Lenggak-lenggok di atas karpet merah tidak serta merta hanya bisa dilakukan oleh orang normal. Di Semarang, berjalan di atas karpet merah bisa dilakukan oleh anak-anak yang bekebutuhan khusus seperti anak-anak yang kurang dalam pendengaran.
Dengan diiringi musik, biarpun para model ini tidak bisa mendengar, namun dengan trik dan kode tersendiri dari sang pelatih, mereka mampu melakukannya bak modeling profesional.
Para modeling ini diasah keterampilannya oleh rumah pintar anak "Efata", Sebagai penyambung bakat para penyandang tuna rungu tersebut. "Efata" sebagai rumah pintar anak berkebutuhan khusus gangguan pendengaran memberikan dan melatih anak-anak menjadi apa yang mereka inginkan, seperti bidang modeling dan melukis.
Alhasil mereka yang mempunyai bakat terpendam mampu mengembangkannya dan bisa bersosialisasi layaknya anak-anak normal biasa.
Menurut pendiri "Efata" Windi Aryadewi (42), lomba modeling anak-anak berkebutuhan khusus yang digelar di Citra Marina ini mampu menguatkan hati mereka untuk tetap percaya diri dan bisa bersosialisasi dengan anak-anak lainnya.
"Saya berharap semoga anak-anak dapat bersekolah di sekolah inklusif pada umumnya dan berharap Semarang menjadi Kota yang ramah difabel,"ujarnya saat ditemui.
Dalam lomba ini Windi juga menjelaskan bahwa selain lomba modeling juga ada lomba melukis disepatu dan juga membatik. Hasil dari karya anak-anak berkebutuhan khusus ini selain di pamerkan dan dilombakan juga di jual jika ada orang yang berminat.
"Seperti batik-batik yang dipakai ini kita lepas dengan harga seratus ribu'"ujarnya sambil berpromosi.
Hasil penjualan produk anak-anak tersebut nantinya dijadikan kas oleh rumah pintar "Efata" sebagai sumber dana mengembangkan "Efata"
"Efata" sendiri adalah rumah pintar anak berkebutuhan khusus yang dilahirkan sejak 13 Agustus 2013 yang beralamat di jalan Lemah Gempal V No 4 Semarang, disini (Efata) orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus bisa memasukkannya dengan tanpa biaya sepeserpun alias gratis.
Salah satu orang tua dari murid didik "Efata" Juri Sumiyanto (42) warga Simongan ini mengaku terbantu dengan adanya rumah pintar "Efata" tersebut, karena bisa meringankan beban dan membantu buat anaknya bisa menikmati pendidikan layaknya orang-orang normal.
"Bangga dengan adanya "Efata" karena anak saya bisa beprestasi, apalagi di disini juga gratis,"ujarnya. (Lam)